Suku Dayak Wehea di Pulau Kalimantan adalah bagian dari suku Dayak yang mendiami enam desa di kecamatan Muara Wehea, Kutai Timur, Kalimantan Timur, Warisan budaya yang unik hanya ditemukan disini adalah budaya memanjangkan telinga dengan anting-anting dan mentatto tangan, namun jaman sekarang ini tatto dilakukan dan digemari pula oleh orang-orang modern karena perkembangan dunia fashion.
The Dayak Wehea on Borneo Island is part of Dayak tribe inhabiting six villages in sub-district of Muara Wehea, East Kutai, East Kalimantan, Unique cultural heritage which is only found here is the culture of elongating the ears with earrings and tattoos on hand, but today’s tattoo done and favored also by modern people just because of development in the fashion world.
Pada awalnya, budaya telinga panjang tidak hanya dilakukan oleh wanita saja, tetepi pria juga memanjangkan telinganya dengan mengenakan anting-anting berat. Dan hanya kaum bangsawan suku dayak memanjangkan telinga mereka sebagai tanda status sosial mereka. Sehingga telinga panjang ini juga membedakan status kaum bangsawan dengan yang bukan bangsawan atau untuk membedakan dengan perempuan budak. Tak hanya itu saja, telinga panjang ini juga menunjukkan umur pemakainya, karena tiap satu tahun jumlah anting-antingnya bertambah satu.
In the beginning, long ears culture is not only done by women only, men also lengthen their ears by wearing heavy earrings. And only the nobility Dayak who could lengthen their ears as a sign of their social status. So long ears also distinguish the status of nobility with ordinary people or to distinguish the slave women. Not only that, long ears also show the age of the wearer, because each year the number of earrings increased by one.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu budaya ini sudah mulai ditinggalkan oleh generasi-generasi muda yang enggan melestarikannya dikarenakan oleh pengaruh budaya luar dan kini budaya ini hanya dilestarikan oleh mereka suku dayak yang telah menua. Ketika mereka telah di panggil oleh yang maha pencipta, maka di pastikan budaya ini akan punah.
But as time goes by this culture has begun abandoned by younger generations who are reluctant to keep most due to influence of foreign cultures and these cultures are now only preserved by those who had aged in Dayak. When they called by the almighty , then for sure that this culture will be extinct.
Ketut Rudi
Photos taken from Martin Joko’s Facebook account
Itu tatto tintanya apa ya mas?