“Lagu Sebuah”
dari mana hendak ke mana
dari entah ke entahlah
lagu nenek moyang lagu nan panjang menggelombang
lagu raungan memedih terbang dari kerak ngarai
dari mana hendak ke mana
dari entah ke entahlah
sebuah batang padi dan lilitan pelepah kelapa
sebuah napas panjang dan lambaian telapak tangan
sebuah bentangan nada dan gesekan nada bentangan
sebuah katupan mata dan gelombang gemulai kepala
sebuah ranting bambu dan jemari tari-menari mesra
sebuah hari sebuah jalan sebuah lagu sebuah ratapan
dari mana hendak ke mana
dari entah ke entahlah
lagu nenek moyang lagu nan panjang menggelombang
lagu rantauan mulia nan celaka melagu sangsai
dari mana hendak ke mana
dari entah ke entahlah
1973 (puisi Hamid Jabbar dalam Wajah Kita)
“Song of A…..”
Where are you coming from and where are you going to
From any where and about going to some where
song of ancestors is long and wavy song
stingily painful roar song fly from crust of a canyon
Where are you coming from and where are you going to
From any where and about going to some where
a winding rice stem and midrib of coconut
a deep breath and waving palms
a stretch of pitch and tone friction of stretch
a graceful wave of eye and soft moving of head
a bamboo twigs and tenderly dancing fingers
a day a way a song a lament
Where are you coming from and where are you going to
From any where and about going to some where
song of ancestors is long and wavy song
track a noble nomad song sang wretchedly sangsai
Where are you coming from and where are you going to
From any where and about going to some where
1973 (poetry by Hamid Jabbar in Our Face)
Sebuah puisi yang menyentuh hati. Kita tidak akan pernah tahu wajah kita seperti apa saat hari – hari berlalu. Begitupula jarang diantara kita peduli akan wajah – wajah negara kita hari perharinya. Cantik atau tampan itu universal. Tergantung dari mana seseorang melihatnya.
Heart touching poem. We will never know our face exactly what it is like day by day. Neither of us rarely cares on the face of our country each day. Pretty or handsome is universal. Depending on where side is seeing the object.
Kita percaya bahwa cermin adalah satu – satunya alat yang setia menemani kita setiap waktu. Seperti tidak ada perubahaan pada wajah kita. Cermin di dinding akan selalu berbisik ditelinga kita bahwa kita yang berdiri didepannya adalah yang tercantik atau terganteng. Kita juga tidak akan pernah malu melihat diri kita dicermin meski kita merasa malu untuk memasuki sebuah ruangan rapat karena merasa tidak percaya diri.
We believe that mirror is the one and the only instrument that faithfully accompanies us every time. Feel like there is no change in our face. Mirror on the wall will always whisper to every ears that who are standing in front of is the prettiest or handsome one. We also will never be ashamed to see ourselves in the mirror although we feel embarrassed to enter a meeting room because of feel insecure.
Ketut Rudi Utama